AKHIR TAHUN YANG MENYEBALKAN

 

Monolog Tak Berbunyi

 

 

            Desember adalah bulan yang di tunggu olehnya yang istimewa. Tepat pada tanggal 8 bulan yang sama, seseorang yang tidak lama aku kenal merayakan hari ulang tahunnya. Aku ingin sekali mengucapkan sepatah kata di hari ulang tahunnya, namun pikiranku merasa gengsi terlebih aku takut kalau pria yang di sukai perempuan itu mengetahuinya.

Hatiku menjerit memaksa aku untuk tetap mengucapkan sedikit kata istimewa padanya, namun aku teringat isi storynya pada saat memasuki bulan yang istimewa ini. bahwa perempuan itu berharap di bulan desember ini ada kejutan yang tak akan terlupakan dari seseorang yang special. Dan aku tau siapa orang yang dia maksud, yang jelas bukan aku. Itu yang membuat aku untuk mengurungkan pengucapan selamat kepadanya.

Mengingat hal itu, aku merasa sakit di hati, aku tak tau, mungkin itu yang di namakan cemburu, tapi aku juga tak paham apa alasanku cemburu? Sementara aku adalah orang baru yang hanya kebetulan datang dikehidupan mereka. Hingga kemudian aku putuskan di hari yang istimewa itu aku cukup mendoakan nya dalam diam, paling tidak aku sudah berdoa untuk dia tentang kebahagian yang harus dia dapatkan.

Tiga hari setelah hari ulang tahunnya, aku mulai tidak nyaman, mendoakannya seperti tidak cukup buatku, aku ingin sekali menelponnya dan terlebih ingin bertemu. Sebab dia harus tau kalau aku telah merindukan seseorang, walaupun hanya aku yang rindu. Aku memberanikan diri untuk membuka kontak whatshaap ku dan mencari namanya, percayalah setiap aku melihat namanya, aku selalu ingin menelponya terlebih ingin tau kabarnya. Tapi kemudian aku tak berdaya, hingga melihat story whatshaap nya adalah hal yang sangat membuat aku bahagia.

Aku sedikit ragu untuk menghubunginya, aku takut aku mengganggu waktu santainya, yang barangkali dia lagi bersama teman-temannya, atau yaa ….. mungkin sedang bersama pacar barunya.

Mendadak hatiku berkata, “cobalah tak usah ragu, paling tidak kau menanyakan lewat pesan singkat.” Kemudian aku mengirimkan pesan singkat dengan whatshapp ku, kurang lebih seperti ini

“ Aku boleh menghubungimu ” dengan sedikit ragu aku mengirimkannya. pesan singkat itu belum di baca olehnya, hingga kemudian membuat aku berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Aku berpikir, bahwa dia memang tidak mau lagi mengenal aku, atau dia sedang sibuk dengan pacar barunya,atau dia sengaja tidak membalas karena tidak ingin berbicara denganku. Sampai sekitar 10 menit pesan itu aku kirim, masuklah beberapa pesan whatshapp ke handphone ku, dengan harap pesan itu balasan darinya, dengan cepat aku melihat, ternyata, pesan masuk itu dari group organisasiku dulu waktu aku kuliah di Yogyakarta. Aku kemudian diam, mukaku sedikit lesuh, aku sadar itu, karena pesan yang ku tunggu tak kunjung berbalas.

Di menit 15 setelah aku mengirim pesan dengannya, akhirnya satu pesan masuk ke whatshaapku, dengan cepat aku langsung melihatnya, oh ternyata dia yang aku tunggu membalas pesan singkatku. Walaupun pesan itu hanya singkat, tapi membuat aku senang karena aku berpikir dia masih mau membalas pesan dariku.

Kemudian aku menelponnya, suara berdering dari telponku membuat detak jantungku tidak berdetak seperti biasa, aku sedikit deg-degan karena aku pikir aku akan mendengar suara indahnya. Sampai akhirnya telpon itu diangkat cepat olehnya.

“Assalamualaikum ….”(aku mendengarkan suara dari seberang)

Mendengar suara itu,  Jantungku semakin berdetak sangat kencang, bagaikan sehabis lari 100 km/jam.

Waalaikumsalam ………..(dengan tenang aku menjawab)

“Kenapa kak? ……”(suara yang khas aku dengar dari dia)

Tidak apa-apa……….. (sedikit ragu aku menjawab)

Aku hanya ingin tau bagaimana kabarmu………….

Aku harap kamu sedang baik-baik saja…………….

Suara dari seberang membalas, “ Aku baik, kabar kamu bagaimana?…………”

Hatiku sangat tenang ketika  aku mendengar kabar baik darinya

Aku sedikit kurang baik………….

“Kenapa? Kamu sakit?.............................”(perhatian yang khas dari seberang)

Tidak,…….. sudahlah tak perlu di jelaskan…….(jawabku sedikit agak malas)

Lalu suara dari seberang diam, aku juga terdiam tak tau apa alasan yang tepat untuk ku jelaskan. Sampai akhirnya aku menemukan topik yang benar untuk di perbincangkan.

Kamu baru ulang tahun ya ……(Tanyaku)

Selamat ya, maaf kemarin aku tidak ada ngucapin selamat ke kamu …..(aku mengatakan ini dengan harap suara di sebrang membalas)

Sepertinya aku tidak baik kalau tidak mendengarkan penjelasan darimu. Jadi aku ingin mengajakmu bertemu, itupun kalau kamu mau…………..(Aku memberanikan diri untuk mengajak nya bertemu)

Harapanku tetap sama, suara di seberang menjawab permintaanku.

“Bertemu? Boleh .. dimana? Kapan?........”(jawaban yang aku harapkan darinya)

Di hari yang kamu tidak terlalu sibuk………..

Dan di stasiun tempat kemarin kita bertemu……(Jawabku dengan cepat)

“Besok bisa ………..”(suara dari seberang menjawab)

Baik, besok kita bertemu tepatnya di tempat kamu di turunkan driver gojek online………

Setelah perjanjian pertemuan itu, aku mulai tidak sabar menunggu pagi, aku tidak sabar ingin bertemu dengannya, aku tidak sabar untuk mengatakan sesuatu kepadanya. Sebab aku sudah menyiapkan topik-topik pembicaraan yang tepat buat dibahas besok, aku sudah membayangkan akan memeberikan hadiah apa di hari ulang tahunya, ya .. walaupun sudah telat, tapi aku masih berniat sekali untuk memberikan sesuatu kepadanya.

Pagi pun sudah mulai sempurna, seperti biasa bangun di pagi hari adalah hal yang tidak biasa buatku, sebab hidupku hanya tentang, malam susah tidur, pagi susah bangun, dan siang malas-malasan. Hingga jam menunjukan pukul 10.30 teman kost ku pun terbangun, aku melihat dia bersiap untuk berangkat kerja. Seperti biasa, setelah selesai mandi dia memutar lagu kesukaannya yang berasal dari daerah kami. sambil menikmati secangkir kopi hangat yang baru di sedunya. Sementara aku yang belum mempunyai pekerjaan hanya bisa mengeluh setiap pagi sambil berpikir, sampai kapan hidupku seperti ini.

Aku selalu menganggap betapa nikmatnya jika hidupku seperti temanku, bisa berangkat kerja di siang hari tanpa harus menggangu jam tidurnya, punya gaji yang cukup, bekerja di perusahaan pertelevisian swasta yang cukup terkenal, mempunyai wajah yang menurutku memang tampan, di kagumi banyak perempuan-perempuan cantik, kadang aku lupa untuk bersyukur tentang apa yang sudah di berikan tuhan kepadaku.

Dan setelah kopi hangat itu di minum, seperti biasa teman kost ku mulai berangkat kerja , dan tidak lupa pamit denganku. Yapss……..saat itu juga aku mulai bergegas dengan kebiasaanku, aku mulai merapikan tempat tidur kami, aku mencuci gelas bekas kopi yang di pakai temanku tadi, aku merendam beberapa pakaian kotor ku, dan kemudian aku segera mandi sebelum suara azan berkumandang, sampai aku tak lupa sholat dhuhur dengan doaku yang masih sama dengan yang kemarin, AKU BERDOA MEMINTA DIBERIKAN PEKERJAAN namun tetap saja tuhan belum memberikan aku kesempatan untuk bekerja, walaupun beberapa usaha sudah aku lakukan.

Setelah selesai sholat dhuhur, aku bersiap untuk makan siang, dan tidak asing lagi tempat makan siangku adalah WARTEG, karena aku harus menghemat sebab aku sadar aku belum mempunyai pekerjaan seperti temanku. Sekalian aku pergi ke indomaret melihat isi ATM ku, dan membeli sebuah cokelat untuk aku berikan pada perempuan yang ingin aku temui hari ini. Aku tak tau, cokelat apakah pilihan terbaik untuk di jadikan hadiah ulang tahun, sebab yang aku ingat, perempuan itu suka sekali makan cokelat, itu kenapa aku memilihnya.

Jam sudah menunjukan pukul 14.00, langit-langit sudah mulai menunjukan kebiasaanya di bulan akhir tahun ini. Aku langsung memesan ojek online untuk menghantarkan aku ke stasiun kereta, aku bersyukur, sesampai di stasiun kereta, mendung yang sudah tak ingkar dengan hujannya pun turun. aku langsung membeli tiket Kereta untuk aku pergi ke stasiun tempat aku ingin bertemu dengan perempuan itu. Aku mempercepat langkah melewati jalan tanah, tetapi hujan turun semakin deras. Aku mulai berpikir untuk berteduh sejenak, tapi aku ragu, dan disaat itulah kereta yang sedang ku tunggu sudah tiba. Selama 35 menit dalam perjalanan, aku pun tiba di stasiun tempat yang sudah di janjikan. Cuaca masih sedikit gerimis, Secepatnya aku memberi kabar kepada perempuan itu, kalau aku sudah sampai.

Sambil menunggunya, Aku pun pergi ke indomaret untuk membeli satu botol kopi yang aku pikir itu adalah teman yang cocok buatku menunggu. Sembari itu pula, aku membaca buku yang sering aku bawa setiap aku bepergian, yaitu bukunya Emha Ainun Nadjib, yang menurutku buku itu adalah buku yang dapat memotivasi hidupku yang berantakan ini.

Aku mulai mempersiapkan diri, akupun mengingat-ingat topik yang sudah aku siapkan malam tadi. Namun telepon ku berbunyi, seseorang telah menelponku, aku melihatnya, oh ternyata Abangku yang sudah biasa menelponku, hanya menanyakan perkembangan dan lagi dimana. Aku melanjutkan bacaanku, dan ingatanku, tak lama kemudian teleponku kembali berbunyi, aku langsung melihatnya, dan ternyata perempuan itu menelponku, dia mengatakan kalau dia sudah sampai. Aku mulai tidak tenang. Aku merasa jantungku berdetak kembali seperti aku menelponya malam itu. Namun aku coba untuk tetap tenang dan biasa.

Dari selatan aku melihat seseorang perempuan yang berjalan ke arahku, Oh ternyata dia sudah dekat, aku sangat deg-degan dan aku mulai salah tingkah, untuk menetralkan semuanya, aku berpura-pura belum melihatnya. Sampai akhirnya perempuan itu menegurku, “ Haiii kak ……..” kalimat khas dari dia untuk ku.

Aku melihatnya, aku merasa hari ini dia sangat cantik, indah, dan tatapannya yang sejuk membuat aku semakin tidak tenang. aku yakin Mawar pun tak secantik dirinya, Mawar pun tak seindah dirinya, Awan pun tak sesejuk tatapannya, barangkali aku yakin Mawar dan Awan pun cemburu kepadanya hari ini.

Haii …………..(Jawabku dengan penuh deg-degan)

“Sudah lama menunggu………………….” (Sahutnya)

Belum terlalu lama kok, baru sekitar 15 menit……..

“Jam berapa tadi berangkat dari kostan?………….”

Sekitar Jam 14.00………………………………….

“Oh…………………………”(Jawabnya dengan sedikit lembut)

Aku pun mengajaknya untuk mencari tempat duduk yang santai, Dia menawarkan ku untuk bercerita dirumahnya, Tapi tetap saja aku masih menolaknya. kami pun berada di sebuah warung yang tempat duduknya tidak begitu empuk. Dia duduk di samping kanan ku, sambil memeluk tas, langsung bertanya padaku, “Apa yang menghantarkan aku untuk kembali menemuinya………….”

Akupun terdiam, aku bingun menjawab pertanyaan sederhana itu, topik yang sudah aku siapkan malam itu tiba-tiba hilang dari ingatanku, karena aku masih malu mengatakan yang sebenarnya, kenapa akhirrnya aku mengajak dia untuk bertemu, akupun mulai berbicara sambil merasa tenang aku mengatakan;

Aku hanya ingin mendengarkan penjelasan dari kamu………………..

“Maksudnya?.........................................................................................

Aku bertambah bingung. Ternyata dia belum paham apa maksudku. Sampai aku mencari topik baru untuk di bicarakan.

Bagaimana keadaanmu? Apa kamu masih sering mendoakan tentang apa yang belum kamu dapatkan?..............................(Permulaan yang terlalu cepat)

“Maksudnya?..........................................................................................”

Ternyata dia belum juga paham, aku mengulangi pertanyanku kembali

Apa kamu masih sering berdoa untuk laki-laki yang belum bisa mencintai kamu?.......................

Dengan raut yang sedikit aneh, sepertinya dia sudah paham maksud pertanyaanku. Sampai akhirnya dia Cuma menjawab sederhana.

“Kenapa kamu menanyakan hal itu?....................................................

Sambil meminum kopi yang berada di genggamanku, aku memperjelas jawabanku.

Tidak, aku hanya ingin memastikan apakah kamu masih menjaga sholat mu…..................................

 Aku mulai tenang, aku sudah mulai biasa, aku merasa bahagia ternyata aku masih bisa bertemu dengannya, aku mencoba mulai menggiringnya untuk bercerita, apa alasannya tidak menepati janji yang dulu kami sepakati. Dia diam, akupun diam, semua diam  ......

Dari jauh aku mendengar suara jeritan riuh. Aku melihat sopir angkot di sebrang stasiun sedang mencari penumpang. Sesekali  Aku melihat raut wajahnya yang sedikit malas untuk bercerita, mungkin dia takut aku kecewa atau dia tak ingin membahasnya, aku tidak tau. tapi perlahan dan terpaksa dia menceritakan semuanya.

Aku sangat menikmati ceritanya, selama dia tidak memaksa aku untuk bercerita. Karena aku tak mau dia tau yang sebenarnya, walaupun aku pikir dia sudah merasa.sebab, aku tau dan dia sudah pernah bilang, kalau hati dan perasaanya masih untuk seseorang, jadi tidak ada ruang.  

Tidak terasa hari sudah mulai malam, dari selatan aku mendengarkan suara azan, oh ternyata sudah maghrib aku masih belum ingin pulang, senyumnya yang manis memaksa aku untuk bertahan. Tapi aku harus segera pulang, kami beranjak dari warung itu, sembari menunggu kereta ku datang, dengan rasa yang tidak karuan, sampai aku lupa memberikannya satu buah cokelat yang dari kemarin sudah aku siapkan. Tidak hanya itu, mengucapkan kata-kata selamat hari ulang tahun untuknya saja aku tidak ingat, ntah lah. Padahal Aku berharap dia suka dengan pemberianku, walaupun tidak berkesan, tapi paling tidak…………………..Ahhh

Aku berharap pertemuanku dengan perempuan itu tidak ada yang mengetahuinya, bahkan aku berharap tuhan juga tidak tau.  karena aku takut aku kecewa seperti janji yang pernah diucapkannya kepadaku. Tapi itu hanya harapan, bagaimana mungkin tuhan tidak tau pertemuan sederhana ini, sementara tuhanlah yang sudah membuat skenarionya. Dan aku bisa apa.

 

 

Cerpen: Amiril Mukmin Naiborhu

29 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPADAMU YANG KU KAGUMI

Type Attribute!! (Humans)

STANDART KEREN VERSI ANAK JAKARTA